PENGAKUAN IMAN
Posted by blessedday4us
oleh : Pdt. Jotje Hanri Karuh
Pada setiap kebaktian minggu kita mengucapkan sebuah pengakuan iman kepada Tuhan, Allah kita. Pengakuan iman yang umum dipakai di seluruh dunia adalah Pengakuan Iman Rasuli, Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel dan pengakuan Iman Athanasius.
Dalam mengucapkan pengakuan iman sering kita mengawalinya dengan ucapan: “Bersama dengan gereja segala abad dan tempat…” Ini berarti pengakuan iman kita itu mengikatkan diri kita dalam kesatuan Roh dengan gereja segala abad-abad yang lampau, gereja pada masa kini maupun gereja yang akan datang. Suatu ikatan yang tidak terbatas pada ruang dan waktu. Pengakuan iman mempersatukan kita dengan sesama pengikut Kristus, baik dengan mereka yang masih hidup maupun dengan mereka yang telah meninggal di segala abad dan tempat.
Dalam pelaksanaannya, pengakuan iman Rasuli merupakan rumusan pengakuan iman yang sering dipergunakan dalam ibadah jemaat. Oleh sebab itu, dalam bagian ini kita akan memusatkan perhatian kepada rumusan pengakuan iman Rasuli.
SEJARAH LAHIRNYA PENGAKUAN IMAN RASULI
Sampai pada abad ke-15 banyak orang percaya bahwa pengakuan iman Rasuli ini ditulis oleh para rasul. Setiap rasul menyumbangkan satu bagian untuk pengakuan iman ini. Menurut legenda, setelah kenaikan Tuhan Yesus para murid bermufakat untuk merumuskan dasar iman mereka kepada Yesus Kristus. Maka setelah menerima pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta, para rasul menyusun bersama-sama pengakuan iman rasuli ini. Yang memulainya adalah Petrus dengan berkata, “Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Maha Kuasa, pencipta langit dan bumi.” Andreas menambahkan, “Dan kepada Yesus kristus, anakNya yang tunggal, Tuhan kita. Yakobus melanjutkan dengan, “Yang dikandung oleh Roh Kudus…” Dan seterusnya; sampai Matius menyelesaikannya dengan berkata, “dan kehidupan yang kekal. Amin.” Tetapi ini hanyalah sebuah cerita dan bukan fakta yang sebenarnya.
Rumusan yang paling awal dari pengakuan iman jemaat mula-mula adalah “Yesus adalah Tuhan” (I Korintus 12: 3). Rumusan ini dipandang terlalu pendek sebagai pokok iman bagi agama kristen yang sedang berkembang dengan pesat pada masa itu. Gereja pada masa perkembangannya yang pesat ini memerlukan pokok-pokok iman yang dapat menjadi pedoman yang jelas bagi warganya agar tidak “diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran.” (Efesus 4: 14).
Pengakuan iman rasuli dalam penyusunannya mengalami proses yang cukup panjang. Pengakuan iman ini lahir dari pergumulan jemaat kristen di kota Roma dalam mendidik warga jemaatnya dan melawan para penyesat-penyesat yang memberitakan ajaran-ajaran palsu tersebut. Jemaat di Roma menambahkan pengakuan iman yang singkat tersebut di atas dengan pokok-pokok pengakuan yang mengarah pada pemahaman akan Allah yang Tritunggal yang bahannya diambil dari bagian-bagian Perjanjian Baru.
Pada tahun 150 M pengakuan iman rasuli telah tercantum dalam “SYMBOLUM ROMANUS” (=pengakuan iman jemaat kristen di Roma); dengan rumusan pengakuan iman sebagai berikut :
Aku percaya kepada Allah, Bapa yang maha kuasa,
Dan kepada Yesus kristus, anakNya yang tunggal, Tuhan kita,
Dan kepada Roh Kudus; gereja yang kudus, dan kebangkitan daging.
Pada tahun 340 M, rumusan pengakuan iman yang dipergunakan sebagai berikut:
Saya percaya kepada Allah yang maha kuasa. Dan kepada Yesus kristus, anakNya yang tunggal,
Tuhan kita. Yang lahir dari Roh Kudus dan perawan Maria.
Yang disalibkan di bawah pemerintahan Pontius Pilatus dan dikuburkan.
Dan pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati.
Yang naik ke surga
Dan duduk di sebelah kanan Bapa
Yang akan datang untuk menghakimi yang hidup
Dan yang mati
Dan kepada Roh Kudus
Gereja yang kudus
Pengampunan dosa
Kebangkitan daging
Kehidupan yang kekal
Pada tahun 700-an, pengakuan iman rasuli mencapai bentuknya seperti yang kita pergunakan sekarang :
Aku percaya kepada Allah, Bapa yang maha kuasa, khalik langit dan bumi.
Dan kepada Yesus kristus, anakNya yang tunggal, Tuhan kita.
Yang dikandung dari Roh Kudus, lahir dari nak dara Maria.
Yang menderita sengsara, di bawah pemerinthan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut.
Pada hari yang ketiga, bangkit pula dari antara orang mati.
Naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang maha kuasa.
Dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
Aku percaya kepada Roh Kudus
Gereja yang kudus dan Am, persekutuan orang kudus
Pengampunan dosa
Kebangkitan orang mati
Dan hidup yang kekal. Amin
Pokok-pokok pengakuan iman sangat bermanfaat bagi gereja pada masa itu, dan juga pada masa kini, untuk menjelaskan iman kristen. Umumnya dipakai untuk mempersiapkan mereka yang akan mengaku percaya dan dibaptiskan (semacam katekisasi). Di samping itu, rumusan pengakuan iman ini bermanfaat untuk melawan ajaran-ajaran palsu yang mulai muncul pada masa itu. Isi ajaran palsu itu antara lain mengatakan bahwa Yesus Kristus tidak pernah hidup di dunia ini; Yesus tidak menglami kematian dan kebangkitan; sebab yang disalibkan di Golgota bukanlah Yesus melainkan orang lain yang mirip denganNya; ada ajaran yang menolak kemanusiaan Yesus; yang lain lagi berkata bahwa Roh Kudus tidak datang pada hari Pentakosta.
Pengakuan iman yang merupakan hasil pergumulan jemaat kristen di kota Roma ini dinamakan pengakuan iman rasuli karena isi pengakuan iman yang ada sesuai dengan pengakuan dan penghayatan iman para rasul dan jemaat purba dan terutama sesuai dengan kesaksian Alkitab.
GARIS BESAR PENGAKUAN IMAN RASULI
Secara tradisional pengakuan iman rasuli ini dibagi ke dalam 12 bagian seperti tersebut di atas; yang disebabkan oleh legenda bahwa pengakuan ini disusun bersama-sama oleh kedua belas murid. Tetapi sebenarnya ada pembagian lain yang lebih mendasar yaitu pembagian yang sifatnya Trinitaris (berdasarkan ke-Tritunggalan Allah)..
Apabila kita mengikuti pembagian Trinitaris ini maka kita mendapatkan pembagian sebagai berikut:
Bagian pertama yang berisikan kepercayaan kepada Allah sebagai Bapa yang menciptakan langit, bumi dan segenap isinya (pasal 1).
Bagian kedua, berisikan kepercayaan kepada Yesus Kristus yang adalah Anak Allah yang telah mengosongkan diriNya menjadi manusia dan berkurban bagi manusia yang telah jatuh dalam kuasa dosa (pasal 2-7).
Bagian ketiga, berisikan kepercayaan kepada Roh Kudus yang mempersekutukan umat Allah dan yang mengampuni dosa serta memberikan hidup yang kekal (pasal 8-12).
Apabila kita perhatikan maka pengakuan iman rasuli sangat mendalam dan panjang lebar uraian pada bagian kedua. Kenyataan ini menunjukkan kepada kita bahwa Yesus Kristus adalah pusat iman kristen. Bukankah itu juga yang menjadi inti pemberitaan para rasul, yaitu Yesus Kristus adalah Tuhan yang menjadi manusia, tersalib, mati tetapi bangkit pada hari ketiga. Oleh sebab itu iman kita tidak sia-sia (Yoh. 1: 1-18; 20: 30 – 31; I Kor. 12: 3; 15: 14; Filipi 2: 1-11; I Yoh. 1: 1-4).
MAKNA PENGAKUAN IMAN BAGI KITA
Mengaku percaya dengan mengucapkan pengakuan iman tidak sama dengan:
Mengakui kebenaran matematis, misalnya: 2 + 2 = 4.
Mengakui kebenaran alamiah, misalnya : kehidupan manusia di muka bumi ada batasnya, matahari terbit di ufuk Timur dan lain sebagainya.
Sebab menyatakan pengakuan iman berhubungan dengan rahasia kehidupan kita yang paling pribadi dan sangat prinsipil. Oleh sebab itu, seluruh kehidupan kita haruslah dipengaruhi oleh penghayatan nilai-nilai yang ada dalam rumusan pengakuan iman Sehingga segenap tindakan kita adalah suatu tindakan yang memberikan kesaksian nyata tentang kebenaran Allah yang terungkap dalam pengakuan iman yang kita ucapkan. Jadi dalam mengucapkan pengakuan iman tidak boleh asal diucapkan melainkan harus dihayati betul dan dilaksanakan dalam praktek kehidupan sehari-hari.
Pengakuan iman yang kita ucapkan dalam ibadah tidak saja merupkan bagian liturgi tetapi juga merupkan janji kita untuk terus berpegang pada dasar-dasar iman yang benar, taat dan setia kepada Kristus Yesus sampai kapan pun walaupun hambatan untuk menyatakan ketaatan dan kesetiaan itu sangat sukar.
Pengakuan iman rasuli senantiasa diawali dengan ucapan “Aku percaya.” Kata “Aku” menunjuk kepada diri kita yang mengucapkan pengakuan iman tersebut. Meskipun demikin, kata “Aku” ini jangan dipahami dalam arti sempit, yaitu hanya sebagai pengakuan pribadi yang telah mengambil keputusan beriman kepada Allah dalam Yesus kristus; melainkan juga sebagai wujud kesatuan kita dengan gereja segala abad dan tempat yang mengaku Yesus kristus adalah Tuhan.
Perlu diperhatikan bahwa pengakuan iman bukanlah sebuah doa, Pengakuan iman merupakan sebuah pernyataan mengenai apa yang kita yakini dengan benar perihal pokok-pokok iman kita kepada Allah. Oleh sebab itu, dalam mengucapkan pengakuan iman kita jangan mengambil sikap doa (menundukkan kepala, melipat tangan dan memejamkan mata) melainkan mengambil sikap tegap, berdiri sempurna, pandangan lurus ke depan dan dengan suara mantap mengucapkan tiap baris rumusan pengakuan iman yang kita ucapkan.
“…Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.” (Wahyu 2:10)
No comments:
Post a Comment