masih berlaku?
Pertanyaan yang sering berada di belakang benak kita adalah apakah hukum-hukum Tuhan masih berlaku dan mengikat setelah kematian dan kebangkitan Yesus dua ribuan tahun yang lalu?
Pertama, kita bahas dulu, apakah yang dimaksud dengan Hukum Tuhan itu.
1. DI MANA PERTAMA KALINYA MANUSIA MENGENAL HUKUM TUHAN?
Kej. 2:3
Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.
Kej. 2:16
“Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: ‘Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.’"
Jadi, sejak awal, di dalam Taman Firdaus, selagi Adam masih belum mengenal dosa, Tuhan sudah memperkenalkan dua hukumNya kepada Adam.
Hukum yang pertama adalah bahwa hari yang ketujuh harus dipelihara kekudusannya, dan hukum yang kedua adalah jangan makan buah dari pohon terlarang.
Bahwa hidup di dalam Taman Firdaus itu ada peraturannya. Makna apa yang kita peroleh dari hal ini? Yaitu bahwa segala sesuatu supaya tetap bagus, tetap baik, HARUS ADA PERATURAN/HUKUM YANG MENGATURNYA. Kalau tidak ada hukum, maka semuanya akan menjadi kacau. Karena itu, walaupun di dalam Taman Firdaus di mana semuanya indah, semuanya baik, dan belumada dosa, tetap diperlukan adanya peraturan/hukum.
Maz. 89:15
“Keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Mu, kasih dan kesetiaan berjalan di depan-Mu.”
Kita mungkin tidak pernah berpikir, betapa abadinya hukum Tuhan, bahkan itu adalah “tumpuan takhtaNya”. Jadi sebelum ada dunia ini, hukum Tuhan sudah ada! Artinya, tanpa hukum Tuhan, takhtanya bisa terguling, bukan? Sebegitu pentingnya fungsi hukum Tuhan!
2. APA KONSEKUENSI PELANGGARAN HUKUM TUHAN?
Kej. 2:16
“Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: ‘Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.’"
Sejak dari awal, Tuhan sudah dengan jelas memberitahukan, apa konsekuensi kepada yang melanggar hukum Tuhan: M A T I ! Tidak perduli apa pun jenis pelanggarannya, apa dinilai pelanggaran besar (mis. membunuh orang) atau hanya pelanggaran kecil (mis. mencuri makan buah terlarang), tapi hukumannya sama yaitu M A T I!
Ini dijelaskan oleh Paulus dengan mudah, yaitu:
Rom 6:23 “Sebab upah dosa ialah maut...”
Jadi, Hukum Tuhan itu baku, tidak bisa ditawar, tidak bisa dibatalkan, bukan sekadar main-main. Konsekuensi melanggar hukum Tuhan adalah MATI!
1 Yoh. 3:4
“Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah.”
Melanggar hukum Allah = dosa ) Jadi melanggar hukum Allah, upahnya MAUT = MATI
Upah dosa = maut ) cocok dengan peringatan yang diberikan Tuhan
) kepada Adam yang tertulis di Kej. 2:16
Tidak dibedakan dosa apa yang upahnya maut dan dosa apa yang upahnya bukan maut. Jadi kesimpulannya: SEMUA DOSA, SEMUA PELANGGARAN HUKUM ALLAH ITU UPAHNYA MAUT.
3. APA HUKUM TUHAN BISA DIHAPUS?
Seandainya hukum Tuhan bisa dihapus, Yesus tidak perlu datang untuk mati di kayu salib guna menebus manusia. Pada waktu Adam berdosa, cukup Tuhan bilang saja, “hukum itu dibatalkan.” Selesai. Karena bilamana tidak ada lagi hukum, maka sudah tentu tidak ada pelanggaran, karena tidak ada yang dilanggar. Tidak ada pelanggaran berarti tidak ada dosa, (kan dosa = pelanggaran hukum). Karena tidak ada dosa, tidak ada hukuman, berarti Adam boleh tetap tinggal di Taman Eden seolah-olah tidak terjadi apa-apa, bukan?
Tetapi hukum Tuhan yang adalah tumpuan takhtaNya [Maz 89:15] itu tidak bisa dihapus! Walaupun Tuhan itu sangat mencintai Adam [yang diciptakan sendiri oleh Tuhan secara unik sesuai gambar Allah dan yang punya hubungan begitu dekat dengan Tuhan dia bisa berkomunikasi langsung dengan Tuhan], tapi tetap tidak ada dispensasi untuknya. Adam tetap dinyatakan berdosa karena melanggar hukum. Akibatnya dia kehilangan status kekekalannya, dia harus MATI, sesuai hukum yang ditegakkan Tuhan. Memang dia tidak langsung jatuh mati saat itu, tetapi dia tidak lagi immortal, proses kematian mulai terjadi. Bumi pun menjadi terkutuk karenanya.
Mengapa dikatakan proses kematian mulai terjadi? Karena Adam sudah tidak bisa mengakses lagi Pohon Kehidupan yang ada di taman Eden. Tuhan mengadakan pohon tersebut supaya semua yang makan dari pohon itu, tubuhnya tidak mengalami kerusakan, dan tidak mengalami kematian. Tetapi, setelah Adam berdosa, apa kata Tuhan?
Kej 3:22-24
Berfirmanlah TUHAN Allah: "Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya." Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil. Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyala beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.
Tuhan tidak ingin manusia hidup selamanya dalam dosa, karena itu demi kasihNya kepada manusialah, Dia menghentikan status immortalnya. Jadi, pada saat Adam melanggar perintah Tuhan, dia telah “membunuh diri”nya sendiri, walaupun proses kerusakan itu masih butuh waktu 930 tahun sampai akhirnya tubuh yang diciptakan Tuhan dengan begitu spektakular itu, berhenti berfungsi.
Dan bukan hanya tubuhnya yang akan mati, tetapi dia juga akan mengalami kematian kekal kelak (yang di Wahyu disebut sebagai kematian yang kedua), kecuali hukuman mati atas dosanya itu ditebus oleh Sang Juruselamat.
Kematian Yesus di kayu salib membuktikan bahwa Hukum Tuhan tidak bisa dibatalkan atau dihapus. Harus ada yang membayar harga dosa itu!
4. MENGAPA HUKUM TUHAN TIDAK BISA DIUBAH?
Karena Tuhan itu tidak pernah berubah!
Ibr. 13:8
“Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.”
Kalau Yang membuat hukum itu sendiri tidak pernah berubah, maka hukum yang dibuat olehNya itu pun sifatnya sama dengan Dia.
1 Pet. 1:25
“tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya." Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu.”
Maz. 148:6
Dia mendirikan semuanya untuk seterusnya dan selamanya, dan memberi ketetapan yang tidak dapat dilanggar.
Pengkh. 3:14-15
Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya; itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi; Allah berbuat demikian, supaya manusia takut akan Dia.
Yang sekarang ada dulu sudah ada, dan yang akan ada sudah lama ada; dan Allah mencari yang sudah lalu.
5. APA MAKNA PENEBUSAN KRISTUS?
Karena hukum Tuhan tidak bisa diubah, karena Tuhan tidak memberikan dispensasi atau keringangan atas ketidakpatuhan manusia kepada hukumNya, maka satu-satunya hal yang bisa dilakukan Tuhan untuk menyelamatkan manusia dari hukuman pelanggaran hukumNya [yaitu KEMATIAN], adalah mencarikan seorang pengganti untuk menanggung akibat dosa/pelanggaran yang dibuat manusia.
2 Kor. 5:21
“Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”
Kristus yang tidak punya dosa, sekarang menjadi punya dosa karena Dia memikul/menanggung semua dosa kita. Dan karena Kristus menjadi punya dosa, maka Dia harus mati sebab “upah dosa ialah maut.” Yang seharusnya kita yang mati, tetapi sekarang digantikan oleh Kristus. Dia yang mati untuk kita. Kita dibebaskan dari hukuman dosa!
Apakah kematian Kristus itu berarti membatalkan atau menghapus hukum Tuhan?
Sama sekali tidak! Justru kematian Kristus itu membuktikan bahwa konsekuensi pelanggaran hukum itu tidak bisa dielakkan. Karenaitulah Kristus yang mati menggantikan kita. Kristus yang membayarkan kewajiban kita. Kematian Kristus membuktikan bahwa Hukum Tuhan itu tidak bisa dibatalkan!
6. JENIS-JENIS HUKUM TUHAN
Kita perlu mengetahui jenis-jenis hukum Tuhan supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam pembahasan selanjutnya.
Selama ini banyak dari kita yang kurang mengerti istilah Hukum Tuhan, apalagi karena Alkitab terjemahan bahasa Indonesia kurang konsisten dalam menerjemahkan kata-kata aslinya. Karena itu kita perlu melihat ke bahasa aslinya supaya kita bisa membedakan.
A. HUKUM TUHAN YANG ABADI
Ini adalah hukum-hukum Tuhan yang diberikan kepada SELURUH UMAT MANUSIA, bukan hanya kepada bangsa Israel.
1. HUKUM SABAT HARI KETUJUH
Ini adalah hukum yang pertama yang diberikan Tuhan kepada manusia, yang diciptakan Tuhan begitu Dia selesai menciptakan langit dan bumi dan semua isinya. Hukum yang diajarkanNya kepada Adam dan Hawa ketika mereka baru berusia 1 hari.
Hukum ini diberikan kepada manusia supaya manusia mengingat bahwa dia adalah makhluk ciptaan Allah, bahwa hidupnya bergantung seluruhnya kepada Khalik Penciptanya, bahwa dia perlu mengakui peranan Tuhan dalam kejadiannya, bahwa segala sesuatu yang ada adalah ciptaan Allah dan sebagai makhluk ciptaan, manusia perlu datang kepada Khaliknya setiap 7 hari, untuk memuji dan memuliakan namaNya.
Kejadian 2:1-3
Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.
Demi siapa Allah memberkati dan menguduskan hari yang ketujuh itu?
< !--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Pasti bukan demi Allah sendiri, Allah tidak butuh hari yang kudus dan diberkati karena Allah sendiri adalah sumber berkat dan sumber kekudusan.
< !--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Pasti juga bukan demi hari itu sendiri, sebab hari itu tidak punya nyawa, tidak tahu apa-apa, diberkati atau dikuduskan juga dia tidak tahu apa-apa.
< !--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Jadi satu-satunya yang bisa menarik manfaat dari diberkati dan dikuduskannya hari ini adalah manusia [waktu itu masih cuma Adam dan Hawa]! Hanya manusia yang bisa menikmati pemberkatan dan pengudusan hari itu.
Karena itu Tuhan pernah mengatakan dengan sangat jelas mengenai hal ini:
Markus 2:27
Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat,
Jadi, sabat hari yang ketujuh diciptakan Tuhan untuk manusia! Maka, jika manusia tidak memelihara kekudusan hari yang ketujuh, siapa yang rugi? Ya manusia yang rugi, karena tidak bisa menikmati berkat-berkat hari ketujuh yang sudah diberikan Tuhan. Pembahasan tentang Sabat Hari Ketujuh ada sendiri.
Banyak manusia menganggap pernyataan Tuhan itu tidak berpengaruh karena setiap hari yang ketujuh, mereka tetap merasa gembira walaupun tidak memelihara kekudusannya. Tetapi Tuhan di sini tidak bercerita hanya mengenai berkat lahiriah, melainkan lebih kepada berkat-berkat batiniah. Hanya mereka yang ikut memelihara kekudusan hari yang ketujuh yang bisa merasakan berkat-berkat rohani yang mereka peroleh pada hari itu, lain daripada hari-hari yang lain.
Perintah untuk memelihara kekudusan hari yang ketujuh ini, oleh Tuhan kemudian dimasukkan ke dalam 10 HUKUM yang ditulisNya dengan jariNya sendiri, pada urutan ke-4 dan diberikan kepada orang Israel ketika mereka keluar dari Mesir.
2. 10 HUKUM/10 FIRMAN [the TEN COMMANDMENTS]
Sebelum Adam jatuh dalam dosa, Tuhan tidak perlu memberinya terlalu banyak peraturan karena semuanya indah, semuanya baik, manusia tidak mengenal apa itu iri hati, apa itu dusta, apa itu membunuh, dll. Alkitab hanya mencatat dua peraturan yang diberikan Tuhan kepada Adam:
< !--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Merayakan dan melihara kekudusan hari yang ketujuh
< !--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Jangan makan buah pohon terlarang.
Tetapi begitu Adam melanggar perintah Tuhan dengan memakan buah terlarang itu, langsung dosa yang lain mengikuti. Dia yang tadinya begitu mencintai Hawa [“tulang dari tulangku dan daging dari dagingku” – Kej 2:23] sekarang malah menuduhnya sebagai penyebab kejatuhannya. Apakah di hati Adam mulai tumbuh rasa benci kepada Hawa yang menyebabkannya berbuat dosa? Apakah dia berharap bisa selamat dari perbuatan dosanya dengan menimpakan tanggung jawab atas kesalahannya kepada Hawa? Jadi, begitu masuk dosa yang pertama, maka dosa-dosa yang lain mudah mengikutinya. Dosa yang satu akan melahirkan dosa yang lain sampai akhirnya manusia itu tertimbun di bawah gunung dosanya sendiri. Maka Tuhan pun memperkenalkan peraturan-peraturanNya yang lain.
Sesungguhnya sebelum Tuhan menyerahkan kedua loh batu di mana tertulis 10 HUKUMNYA kepada Musa, manusia sudah mengetahui tentang apa yang diperkenan dan tidak diperkenan oleh Tuhan, hanya saja, itu diajarkan secara turun-temurun dari bapak ke anak secara oral.
Kita lihat saja, Kain dan Habel, anak-anak Adam yang pertama, sudah mengetahui bahwa mereka harus menyembah Tuhan dengan membawa korban persembahan. Juga Kain tahu bahwa membunuh itu salah, karena itu ketika Tuhan bertanya di mana adiknya, Kain berbohong, tidak berani mengakui bahwa dia telah membunuh adiknya. Jadi sebelum 10 HUKUM itu ditulis, manusia sudah tahu perbuatan mana yang benar dan mana yang salah menurut Tuhan.
Mengapa kemudian hukum-hukum itu ditulis oleh Tuhan?
Karena jumlah manusia bertambah banyak dan moral semakin merosot, manusia sudah banyak melupakan hukum-hukum Tuhan ini, sehingga Tuhan merasa perlu memberikan kepada mereka hukum-hukumNya yang abadi dalam bentuk tertulis, supaya jangan ada lagi yang lupa.
Memang benar Tuhan menulis pada dua loh batu itu dan memberikannya kepada Musa untuk disampaikan kepada bangsa Israel, tetapi hukum-hukumNya ini bukan hanya bagi bangsa Israel, melainkan bagi semua manusia karena hukum-hukumNya itu bersifat universal.
Supaya tidak keliru, kita lihat kata yang asli yang dipakai untuk menyebut 10 Hukum ini:
< !--[if !supportLists]-->v <!--[endif]-->Di Perjanjian Lama, 10 Firman Tuhan ini kata Ibraninya adalah: דּבר [dâbâr - daw-bawr'], ini kita jumpai misalnya di:
Ul 4:13
Dan Ia memberitahukan kepadamu perjanjian, yang diperintahkan-Nya kepadamu untuk dilakukan, yakni Kesepuluh Firmanדּבר [dâbâr- daw-bawr'] dan Ia menuliskannya pada dua loh batu.
Di sini jelas diterjemahkan Kesepuluh Firmansehingga tidak mungkin terjadi salah pemahaman.
< !--[if !supportLists]-->v <!--[endif]-->Di Perjanjian Baru, 10 Firman Tuhan kata Greekanya adalah: ἐντολή [entolē - en-tol-ay'], dan ini kita jumpai misalnya di:
Mar 7:8
Perintah ἐντολή [entolē - en-tol-ay'] Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."
Yang diterjemahkan “perintah” di Mar 7:8 di atas ini adalah Kesepuluh Firman karena di tulisan aslinya dipakai kataἐντολή [entolē - en-tol-ay'] jadi bukan sembarang “perintah”, tapi yang dimaksudkan oleh Yesus di kalimatNya ini adalah Kesepuluh Firman yang ditulis jari Tuhan di dua loh batu.
Kita tahu bahwa kedua loh batu yang berisi 10 HUKUM ini disimpan di dalam Tabut Perjanjian(Tabernakel), karena sangat sakral. Kita lihat tulisan Paulus tentang tempat penyimpanan kedua loh batu ini.
Ibr 9:4
Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian,
Satu-satunya Hukum yang disimpan di dalam Tabut Perjanjian itu HANYA KESEPULUH FIRMAN ALLAH,yang ditulis jari Allah sendiri di atas dua loh batu.
3. HUKUM MAKANAN HARAM-HALAL
Pada waktu Adam masih di taman Eden, Tuhan tidak menurunkan hukum ini karena pada waktu itu tidak perlu, tidak ada yang makan daging di sana bahkan binatang pun tidak ada yang carnivorus. Makanan Adam adalah buah-buahan dan biji-bijian.
Tetapi dengan masuknya dosa dan seiring berjalannya waktu, manusia menjadi pemakan segala. Maka Tuhan pun memberikan peraturan tentang binatang mana yang boleh dimakan dan mana yang tidak.
Pemisahan antara hewan yang “bersih” [halal dimakan] dengan yang“tidak bersih” [haram dimakan] sudah diperkenalkan Tuhan kepada manusia sebelum air bah di zaman Nuh,karena Nuh disuruh membawa 7 pasang dari hewan yang “bersih” dan hanya 1 pasang dari hewan yang “tidak bersih” ke dalam bahteranya. Yang 1 pasang untuk melanjutkan spesiesnya, sedangkan yang 6 pasang lainnya boleh untuk kurban bagi Tuhan dan juga dimakan oleh manusia.
Untuk siapa Tuhan menciptakan hukum ini?
Untuk manusia! Waktu itu belum ada bangsa Israel. Nuh adalah keturunan Adam yang ke-10.
Jadi, hukum makanan haram-halal ini bukan baru diperkenalkan ketika bangsa Israel keluar dari Mesir, melainkan ribuan tahun sebelum itu. Mereka yang mengatakan hukum makanan haram-halal ini hanya berlaku bagi bangsa Israel, sudah salah paham. Hukum ini memang baru dicatat oleh Musa pada waktu bangsa Israel meninggalkan Mesir, namun ini bukan hukum baru, melainkan hukum yang sudah ada ribuan tahun sebelumnya, hanya baru ditulis pada waktu orang Israel keluar dari Mesir.
Tentang makanan haram-halal ini akan dibahas dalam bab tersendiri.
B. HUKUM YANG KHUSUS BAGI BANGSA ISRAEL
Ini adalah hukum-hukum yang diterima Musa dari Tuhan, dan yang diperuntukkan bagi bangsa Israel. Hukum-hukum ini ditulis oleh tangan manusia, tidak ditulis oleh jari Tuhan. Hukum-hukum ini ditulis di atas gulungan kulit dan kemudian disalin di papyrus dan diletakkan di samping Tabut Perjanjian, yang sering disebut Taurat Musa atau “the book of covenant”
< !--[if !supportLists]-->v <!--[endif]-->Di Perjanjian Lama, hukum-hukum yang ditulis oleh Musa ini bahasa Ibraninya adalah: תּרה תּורה [tôrâh- to-raw'] dan ini kita jumpai misalnya di:
Kel 13:9
Hal itu bagimu harus menjadi tanda pada tanganmu dan menjadi peringatan di dahimu, supaya hukumתּרה תּורה [tôrâh- to-raw'] TUHAN ada di bibirmu; sebab dengan tangan yang kuat TUHAN telah membawa engkau keluar dari Mesir.
Kata yang diterjemahkan“hukum Tuhan” di sini tidak mengacu kepada Kesepuluh Hukum Tuhan, melainkan kepada hukum-hukum yang ditulis Musa, karena huruf Ibraninya adalahתּרה תּורה [tôrâh- to-raw']
1 Taw 16:40
supaya pagi dan petang tetap dipersembahkan korban bakaran kepada TUHAN di atas mezbah korban bakaran, dan supaya dikerjakan segala yang tertulis dalam Taurat תּרה תּורה [tôrâh- to-raw']TUHAN yang diperintahkan-Nya kepada orang Israel.
Kata yang diterjemahkan“taurat” di sini juga mengacu kepada hukum-hukum yang ditulis oleh Musa, karena tulisan aslinya adalah תּרה תּורה [tôrâh- to-raw'] dan jelas bukan Kesepuluh Firman Tuhan.
< !--[if !supportLists]-->v <!--[endif]-->Di Perjanjian Baru hukum-hukum Musa ini bahasa Greekanya adalah: νόμος [nomos - nom'-os], dan ini bisa kita jumpai misalnya di:
Gal 2:21
Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat νόμος [nomos- nom'-os], maka sia-sialah kematian Kristus.
Kata yang diterjemahkan “hukum Taurat” di ayat ini, mengacu kepada hukum-hukum yang ditulis oleh Musa, karena tulisan aslinya adalah : νόμος [nomos - nom'-os], jadi yang dimaksud bukanlah Kesepuluh Hukum Tuhan.
Kitab Hukum yang ditulis Musa ini diletakkan di samping Tabut Perjanjian, bukan di dalamnya. Ini saja sudah menandakan bahwa kelasnya beda dengan KESEPULUH FIRMAN ALLAH.
Ula 31:26
Ambillahkitab Taurat ini dan letakkanlah di samping tabut perjanjian TUHAN, Allahmu, supaya menjadi saksi di situ terhadap engkau.
Jadi sekarang kita bisa membedakan antara Kesepuluh Firman Tuhan yang ditulis Tuhan sendiri di dua loh batu, dengan hukum-hukum/peraturan-peraturan lainnya yang diberikan Tuhan kepada Musa untuk disampaikan kepada orang Israel.
KESEPULUH HUKUM TUHAN HUKUM TULISAN MUSA
Ditulis oleh jari Tuhan sendiri pada dua Ditulis oleh manusia (Musa) di
loh batu (Kel 32:16) gulungan kulit (Kel 24:4).
Kata Ibrani: דּבר [dâbâr - daw-bawr']. Kata Ibrani: תּרה תּורה [tôrâh - to-raw'].
Kata Greeka: ἐντολή [entolē - en-tol-ay'] Kata Greeka: νόμος [nomos - nom'-os].
Bersifat abadi, sama dengan Penulisnya, Tidak bersifat abadi, sama dengan
(Ibr 13:8). penulisnya.
Sakral, disimpan di dalam Tabut Diletakkan di samping Tabut Perjanjian.
Perjanjian (Kel 40:20). (Ul 31:26).
Isinya hanya Kesepuluh Hukum Isinya hukum-hukum keimamatan, upacara-
Tuhan (the Ten Commandments) upacara kurban, hari-hari raya, hukum sipil,
hukum sosial, hukum perdangangan, hukum
kebersihan, dan semua peraturan yang
mengatur kehidupan sehari-hari bangsa
Israel.
Berlaku SELAMANYA UNTUK Semua hukum upacara berlaku HANYA
SEMUA MANUSIA yang ingin UNTUK BANGSA ISRAEL.
selamat, tanpa kecuali. Upacara yang merupakan bayangan atau
simbol penebusan Kristus, berakhir di salib
ditandai oleh robeknya tirai Bait Allah
(Mat 27:51)
"Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu Sedangkan hukum-hukum kenegaraan
bahwa kita menuruti perintah-perintah- berakhir ketika bangsa Israel tidak di
Nya ἐντολή [entolē - en-tol-ay'] bawah pemerintahan Theokratis lagi.
Tetapi hukum tentang makanan haram/halal
walaupun tercantum di kitab hukum Musa,
masih berlaku karena sebenarnya hukum
itu berasal dari zaman sebelum ada bangsa
Israel.
7. APA YANG DIHAPUS OLEH KEMATIAN KRISTUS DI SALIB?
Inilah yang sering disalahmengerti oleh banyak orang. Yang dihapus oleh Kristus dengan kematiannya adalah:
< !--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Bukan Hukum Tuhan
Mat. 5:17-18
“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.”
Kata yang diterjemahkan “hukum Taurat” di sini, tulisan aslinya adalah νόμος [nomos- nom'-os] jadi ini adalah hukum-hukum yang ditulis oleh Musa untuk bangsa Israel. Dan apa kata Yesus mengenai hukum-hukum tulisan Musa ini? “Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” Jadi, kalau hukum dari Tuhan yang ditulis seorang manusia saja [Musa] tidak ditiadakan oleh Yesus melainkan digenapiNya, apalagi 10 HUKUM TUHAN yang ditulis oleh Allah sendiri! Ayat di bawah ini menjelaskan bahwa Yesus justru akan mengagungkan dan menghormati 10 HUKUM TUHAN.
Yesaya 42:21
TUHAN berkenan menyelamatkan; Ia ingin hukum-Nya dihormati dan diagungkan. [ABS]
The LORD is well pleased for his righteousness' sake; he will magnify the law, and make it honourable. [KJV]
Terjemahan yang lebih tepat dari ayat ini seharusnya:
“TUHAN sangat berkenan dengan kebenaranNya, Dia akan mengagungkan hukumNya dan menjadikannya dihormati”
Kata yang diterjemahkan “hukum-Nya”[“the law”] berasal dari kata תּרה תּורה [tôrâh- to-raw'] jadi yang dimaksud di sini adalah 10 HUKUM TUHAN.
MAKA JELASLAH TIDAK ADA HUKUM YANG DIBATALKAN, karena:
< !--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Yesus menggenapi Hukum Taurat yang ditulis oleh Musa,
< !--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Yesus akan menunjukkan kepada manusia bagaimana 10 HUKUM itu harus diagungkan dan lebih dihormati.
< !--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Bukan Hukuman/penalti pelanggaran terhadap Hukum Tuhan
Hukuman atas pelanggaran hukum tetap ada, karena setelah Yesus kembali ke Surga, Paulus masih menulis kepada orang-orang di Roma demikian:
Rom. 6:23
“Sebab upah dosa ialah maut…”
Berarti, setelah Yesus disalibkan dan bangkit pun, upah dosa tetap masihmaut! Tidak ada perubahan.Tidak ada ayat yang mengatakan bahwa setelah kebangkitan Kristus “upah dosa sekarang adalah kemerdekaan.”
Lalu apa yang dihapus oleh kematian Kristus?
Kol. 2:14
“dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib.”
Jelas?Yang ditiadakan [dilenyapkan/dihapus] oleh Kristus dengan memakukannya pada kayu salib adalah: SURAT UTANG kita!
Surat utang apa?
Begitu kita berbuat dosa, berarti kita memiliki surat utang
karena suatu hari kita harus membayar untuk pelanggaran kita itu.
Kalau kita dihadapkan ke pengadilan manusia, tidak semua pelanggaran harus dibayar dengan hukuman mati, tetapi kalau kita dihadapkan ke pengadilan Tuhan, alat pembayarannya hanya satu, yaitu dengan kematian kekal [upah dosa = maut]. SEMUA PELANGGARAN HARUS DIBAYAR DENGAN HUKUMAN MATI TANPA KECUALI!!
Selama kita belum membayarnya, kita dianggap punya utang [yang belum kita bayar itu].
Lha,surat utang kita inilah yang dihapus oleh Kristus jika kita minta Dia menjadi Juruselamat kita.
Perhatikan, yang dihapus adalah Surat Utang K I T A ! Tapi Surat Utang itu sendiri masih tetap ada!Hanya sekarang surat utang atas nama kita ini ditebus oleh Kristus, dan diambilalih oleh Kristus! Kristus telah memakukan semua surat utang umat manusia yang percaya kepadaNya di kayu salib, dan Kristus yang membayarkan utang itu untuk kita dengan kematianNya!
Maka, yang dihapus adalah kewajiban kitamembayar tagihan penalty dosa yang kita buat.Tagihannya masih ada nggak? MASIH! Oleh karena tagihan itu masih ada, maka Kristus harus mati menggantikan kita membayar tagihan kita!
Andai hukum Tuhan yang dihapus, maka, Kristus tidak perlu mati menggantikan kita. Untuk apa? Hukumnya sudah tidak ada, berarti tidak ada lagi ketentuan mana yang dosa mana yang tidak. Kalau tidak ada dosa, tidak ada yang perlu mati, baik kita, baik Kristus. Iya kan? Jadi, janganlah kita tertipu oleh kelicikan setan. KEMATIAN KRISTUS TIDAK MENGHAPUS HUKUM TUHAN, JUSTRU KARENA HUKUM TUHAN TIDAK BISA DIHAPUS, MAKA KRISTUS HARUS MATI MENGGANTIKAN KITA.
8. BUKANKAH KRISTUS TELAH MEMERDEKAKAN KITA?
Gal. 5:1
“Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.”
BETUL. Tapi dimerdekakan dari apa? BUKAN DARI HUKUM! Dimerdekakan dari:
1. Iblis dan maut “… supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.” (Ibr. 2:14-15)
2. dari kewajiban membayar dosa kita/surat utang kita (Kol 2:14 di atas)
Apakah artinya setelah kematian Kristus, pelanggaran atas hukum Tuhan [= dosa] sudah tidak menimbulkan surat utang lagi bagi kita?
TIDAK! Tidak ada ayat yang berkata begitu!
Justru karena Tuhan itu tidak pernah berubah, dan peraturanNya juga tidak pernah berubah, maka setiap pelanggaran hukumNya adalah dosa. Setiap dosa harus dibayar dengan kematian. Sebelum itu dilunasi, berarti ada surat utangnya. Jadi,
< !--[if !supportLists]-->· <!--[endif]-->Hukum Tuhan itu tetap ada.
< !--[if !supportLists]-->· <!--[endif]-->Hukuman atas pelanggaran hukum Tuhan [= dosa] pun tetap ada.
< !--[if !supportLists]-->· <!--[endif]-->Kewajiban membayar hukuman itu juga tetap ada.
Tetapi, Tuhan mahamurah. Dia masih bersedia melunasi surat utang kita lagi bila kita minta ampun padanya dan bertobat dari dosa kita. Inilah yang maksud “Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita.” [Gal 5:1] Semua sudah dibayar oleh Kristus, baik dosa kita yang lalu, mapun dosa kita yang akan datang. Semuanya sudah ditanggung oleh Kristus dengan kematianNya satu kali di kayu salib. Kematian Kristus di kayu salib itu mampu menebus dosa semua manusia mulai dari Adam hingga manusia yang terakhir nanti. Kita tidak usah bayar apa-apa. Kita merdeka dari kewajiban membayar dosa kita.
Tetapi Paulus tidak berhenti sampai di sini. Paulus melanjutkan:
“Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagidikenakan kuk perhambaan.”
Paulus di sini jelas memperingatkan agar “jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.”
Dengan kata lain, Paulus bilang “Jangan mau berbuat dosa lagi.” Berarti berkaitan dengan“KEMAUAN” kita. Jadi kita punya pilihan: Mau atau Tidak Mau.Paulus menghimbau agar kita “JANGAN MAU.”
Karena bagi yang mau [berbuat dosa lagi], kemerdekaannya hilang. Dia kembali berada di bawah kuk perhambaan.Kuk perhambaan apa? Kuk perhambaan dosa! Dan jangan lupa, upah dosa = Maut.
Jadi, setelah kita dimerdekakan oleh Kristus dari kewajiban membayar surat utang kitayang lama, SELAMA KITA TIDAK MEMBUAT SURAT UTANG YANG BARU [= tidak berbuat dosa baru], kita tetap merdeka.Tapi begitu kita melanggar hukum Tuhan lagi = berbuat dosa lagi, maka kita membuat surat utang yang baru lagi, dan kita kembali punya kewajiban membayar surat utang yang baru itu, sampai kita menyerahkan surat utang itu kepada Kristus untuk dibayarkan olehNya.
9. PENGAMPUNAN DOSA
Karena Tuhan mengetahui kelemahan iman kita dan kelemahan daging kita, maka Tuhan sudah tahu bahwa setelah kita dimerdekakan, kita masih akan membuat surat utang yang baru lagi. Karena itudikatakan dalam:
1 Yoh. 1:9
“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”
Amin!
Tapi lagi-lagi fasilitas kasih karunia dari Tuhan sering disalahgunakan oleh banyak orang Kristen. Mentang-mentang kita tahu bahwa Tuhan mau mengampuni segala dosa kita, jadi kita menganggap ringan hukum Tuhan, melanggar hukum Tuhan tidak apa-apalah, toh nanti minta ampun, juga diampuni. Paulus dengan tegas mengatakan dalam:
Rom. 6:1-2
“Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa,bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?”
Rom. 6:15
“Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak!”
Yang diterjemahkan “hukum Taurat” di sini tulisan aslinya adalah νόμος [nomos - nom'-os], jadi Paulus berbicara mengenai hukum-hukum yang ditulis Musa. Kita perlu cermat membaca tulisan Paulus. Paulus berkata, “kita tidak berada di bawah hukum Taurat,” itu benar karena Taurat Musa yang berurusan dengan pengampunan dosa itu sudah berakhir di salib, tetapi walaupun kita sudah tidak berada di bawah Taurat Musa, karena kita sekarang berada “di bawah kasih karunia” (Kristus yang membayarkan surat utang kita), lalu apakah “kita akan berbuat dosa”? Paulusberkata: “Sekali-kali tidak!”
Rom. 3:31
“Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkan-nya.”
Kata yang diterjemahkan “hukum Taurat” di ayat ini berasal dari kata νόμος [nomos- nom'-os] juga. Berarti Paulus sedang berbicara mengenai Taurat Musa bukan 10 Hukum karena di ayat sebelumnya dia berbicara mengenai sunat yang terdapat di Taurat Musa bukan di 10 HUKUM TUHAN. Namun, Paulus dengan tegas berkata “adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkan-nya.”
Jelas Paulus tidak bisa membatalkan Taurat Musa. Yesus pun tidak membatalkannya, tetapi menggenapinya [Matius 5:17]. Tentu saja Paulus tidak bisa memakai kata “menggenapi” [fulfilled] karena yang bisa menggenapinya hanyalah Yesus yang kematianNya dilambangkan oleh semua upacara di dalam Taurat Musa itu. Maka Paulus memakai kata “meneguhkan” [established], tetapi maksudnya sama, yaitu bahwa Taurat Musa itu bukan dihapus [dibuang/dibatalkan], melainkan diteguhkan karena sudah digenapi oleh Yesus.
Keterangan Paulus ini cocok dengan ajaran Yesus dalam Matius pasal 5 mulai ayat 17 sampai habishingga pasal 6. Taurat Musa mengatakan membunuh adalah dosa, Yesus menggenapinya dengan berkata, membenci di dalam hati saja sudah sama dengan dosa membunuh. Taurat Musa mengatakan tertangkap berzinah adalah dosa, Yesus menggenapinya dengan berkata, baru ingin saja sudah berarti berzinah di dalam hati. Ini yang dimaksudkan Yesus dengan MENGGENAPI TAURAT. Bukan menghapus Taurat itu, tapi memperkenalkan pemahaman yang sebenarnya.
Tuhan ingin kita bertobat dari semua dosa kita. Bertobat artinya BERHENTI dari berbuat dosa.
Ibr. 10:26-27
“Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. [artinya Yesus, domba Allah yg dikorbankan untuk kita, tidak mau lagi menanggung dosa kita] Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka.”
Setelah kita tahu kebenaran, tetapi kita masih SENGAJA tetap melanggar hukum Tuhan(berbuat dosa = melanggar hukum Tuhan), maka pengorbanan Yesus sebagai domba Allah untuk dosa manusia sudah tidak berlaku lagi bagi kita. Bahkan apa yang tersedia bagi kita? “kematian yang mengerikan” dan “api yang dahsyat yang akan menghanguskan.”
Jadi, kita tidak bisa lagi mengklaim Kasih Karunia Tuhan untuk menyelamatkan kita setelah kita tahu tentang kebenaran tetapi sengaja melanggar kebenaran itu.
Kata kuncinya terletak pada kata “sengaja”. Manusia bisa khilaf. Khilaf artinya tidak dengan niat dan tidak dengan sengaja merencanakan untuk melanggar.Kejatuhan kita karena kekhilafan, bisa kita mintakan ampun kepada Tuhan. Tuhan mengetahui kelemahan kita. Tuhan mahamurah.
1 Yoh. 5:17
“Semua kejahatan adalah dosa, tetapi ada dosa yang tidak mendatangkan maut.”
Dosa yang tidak mendatangkan maut adalah dosa yang sudah ditinggalkan, sudah ditobati, sudah diampuni Tuhan. Tetapi tidak semua dosa akan diampuni. Bilamana kita sudah mengeraskan hati untuk sengaja tidak mau mengikuti hukum Tuhan dengan alasan apa pun, maka Rom 2:5-8 sudah memberikan gambaran apa yang akan diberikan Tuhan kepada kita.
Rom. 2:5-8
“Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman.”
Tuhan tidak selamanya mau digampangkan. Kalau kita sudah tahu kebenaran, tapi kita sengaja melanggarnya demi kenyamanan diri sendiri, maka dosa kita itu tidak diampuni Tuhan. Bahkan lebih celaka lagi jika kita sudah melanggar hukum Tuhan, tapi tidak merasa itu dosa, maka kita tidak merasa perlu minta ampun kepada Tuhan. Dosa itu pun tidak mendapatkan pengampunan Tuhan.
Tuhan juga tidak bisa kita tipu. Tuhan tahu isi hati kita, apakah kita jatuh dalam dosa karena kita sedang lemah atau kita memang mau tetap bercokol dalam dosa karena kita tidak perduli pada hukumNya.
Adam sengaja melanggar hukum Tuhan dengan makan buah yang terlarang. Dia sudah tahu itu buah terlarang, dia tahu konsekuensinya kalau dia makan (mati) walaupun mungkin dia tidak tahu “mati” itu bagaimana karena waktu itu dia belum pernah melihat kematian. Tetapi dengan niat dan kesengajaan dia tetap BERANI melanggar hukum itu. Mungkin dia berpikir, “masa sih Tuhan benar-benar akan mematikannya?” Cuma makan buah, wah, kan sebenarnya tidak serius, kan tidak mencelakakan siapa-siapa. Tidakkah alasan itu familier? Kita juga beranggapan, masa iya sih kita dihukum karena tidak bersabat pada hari ketujuh? Semua orang Kristen juga sama tidak bersabat pada hari ketujuh lo. Masa Tuhan akan menghukum kami semua? Jangan lupa, kalau Tuhan tidak sayang menghukum Adam, apakah Tuhan akan sayang menghukum kita? Bagi Tuhan, pelanggaran adalah pelanggaran, walaupun di mata kita kecil, di mata Tuhan SEMUA PELANGGARAN kepada hukumNya DENGAN SENGAJA adalah tindakan MAKAR! Tidak mengakui kedaulatan Tuhan yang membuat hukum itu. Gara-gara hanya makan buah, Adam kehilangan hidup kekalnya.
10. APA YANG DIMINTA TUHAN DARI UMAT YANG SUDAH DITEBUSNYA?
1 Yoh. 2:3-5
“Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya.Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran. Tetapibarangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia.”
Yesus sendiri berjanji untuk menyanggupkan/membuat kita mampu untuk menurut semuaperintahNya, yaitu dengan bantuan Roh Kudus.
Yoh. 14:15-17
“Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran…”
1 Yoh. 3:6-9
“Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia. Anak-anakku, janganlah membiarkan seorang pun menyesatkan kamu. Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar; barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu. Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah.”
1 Yoh. 5:3
“Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat.”
Mat. 7:21
“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.”
11. HUKUM TUHAN YANG KITA LANGGAR
Sepanjang kehidupan kita, pasti banyak hukum Tuhan yang sudah kita langgar. Tapi ada satu hukum yang sudah dilanggar oleh orang Kristen secara bersama-sama, yaitu hukum ke4 dari 10 HUKUM TUHAN.
Kel. 20:8-11
“Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat:
enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,
tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.
Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya. “
Inilah yang ditulis oleh Tuhan sendiri. Hari yang harus diingat dan dipelihara kekudusannya adalah hari yang ketujuh! Bukan hari pertama (Minggu = Sunday = hari penyembahan kepada matahari). Setelah kita mengetahuinya, akankah kita masih berbondong-bondong melanggarnya?
Kepausan telah mengubah hukum Tuhan dengan begitu menyeluruh sehingga seluruh dunia ini mengikutinya. Mayoritas dunia Kristen mengikutinya. Bahkan dunia sekuler dan non-Kristen pun mengikutinya! Hampir semua kantor, semua sekolah, semua usaha pada hari Sabtu (hari ketujuh) tetap buka menjalankan aktivitasnya, sehingga manusia yang mau bersabat pada hari ketujuh (Sabtu) menghadapi resiko tidak bisa sekolah, tidak bisa bekerja, dan menghadapi banyak kesulitan. Dunia ini memang sudah dikuasai Satan sehingga dia akan mempersulit semua yang mau mengikuti Tuhan. Tapi apa kata Tuhan kepada kita?
Mat. 10:38-39:
“Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.”
Mat. 6:33
“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”
Tuhan tahu bahwa mengikuti jalanNya akan membawa kita kepada pertentangan dengan dunia, terkadang bahkan dengan orang-orang terdekat kita sendiri.
Mat. 10:34-37
"Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya. Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.”
12. APA KAITANNYA IMAN DENGAN PERBUATAN? KASIH KARUNIA DENGAN PENURUTAN HUKUM?
Yak. 2:26
“Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.”
Jelas yang dikatakan oleh Yakobus. Jadi perbuatan kita setelah kita diselamatkan oleh Yesus haruslah merupakan manifestasi dari iman kita.
Paulus menjelaskannya lebih lengkap di dalam kitab Roma:
Rom. 5:1
“Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.”
Rom. 5:9
“Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah.”
Ini pasti dimengerti oleh semua orang Kristen, kita dibenarkan oleh darah Kristus karena iman kita kepadaNya, maka kita diselamatkan dari murka Allah.
Sekali lagi, kita tidak dibenarkan oleh perbuatan kita, tapi melulu 100% karena kasih karunia Allah yang telah menebus kita dari kewajiban membayar hukuman dosa.
Setelah menjelaskan doktrin “pembenaran oleh iman” ini, Paulus lalu menerangkan tentang dosa.
Rom. 6:14
“Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, νόμος [nomos - nom'-os] tetapi di bawah kasih karunia.
Paulus berbicara mengenai Taurat Musa lagi di sini. Jelas kita tidak berada di bawah Taurat Musa tetapi di bawah kasih karunia karena Taurat Musa sudah digenapi oleh Yesus di salib. Hukuman yang dijatuhkan oleh Taurat Musa sudah dibayar oleh Kristus di salib. Surat utang manusia sudah dibayar oleh Kristus.
Paulus berkata:
Rom. 7:7
“Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: "Jangan mengingini!"
Di sini yang dibicarakan oleh Paulus jelas bukan Taurat Musa yang berkaitan dengan upacara kurban yang sudah berakhir di salib, melainkan yang berkaitan dengan HUKUM-HUKUM TUHAN, karena di dalam kitab Taurat Musa, juga ada pembahasan 10 HUKUM TUHAN (Ulangan 5:1-22), dan inilah yang dibicarakan Paulus karena dia mengutip hukum yang ke-10: "Jangan mengingini!" dari aslinya “Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu." [Kel 20:17].
“Oleh hukum Taurat aku mengenal dosa”, kata Paulus. Seandainya tidak ada Hukum Taurat, kita tidak tahu yang mana itu dosa. HUKUM TAURAT ITU TIDAK BISA MENYELAMATKAN. KASIH KARUNIA TUHAN YANG MENYELAMATKAN. Tetapi hukum Taurat itu yang menunjukkan dosa-dosa kita.
Hukum itu berfungsi sebagai rambu-rambu bagi kita, supaya kita tetap berjalan di jalan Tuhan, sesuai dengan kehendak Tuhan, dan tidak melenceng ke kiri atau ke kanan.
Hukum itu menuntut/mendakwa/ menunjukkan kesalahan kita. Ibarat sebuah cermin yang hanya bisa menunjukkan adanya noda di wajah kita, tapi tidak bisa menghapus noda itu. Hanya sabun yang bisa menghapus noda di wajah kita, sabun itulah kasih karunia Tuhan.
Apakah karena ada sabun lalu cermin tidak dibutuhkan lagi? Tidak. Cermin tetap diperlukan agar kita selalu dapat berkaca untuk mengecek apakah wajah kita selalu bersih atau tiba-tiba muncul noda yang baru lagi. Tanpa cermin, kita tidak akan tahu jika ada lagi noda yang menempel di wajah kita.
Setelah ada kasih karunia, Hukum Tuhan itu tetap berfungsi
sebagai penunjuk dosa!
Karena itu, Paulus lalu melanjutkan ajarannya:
Rom. 6:15
“Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak!”
Nah, ayat ini tidak mungkin disalahmengerti! Paulus sudah tahu, bahwa pasti bakal ada banyak orang Kristen yang berdalih, karena sudah diselamatkan oleh kasih karunia dan dibebaskan dari tuduhan hukum Taurat, selanjutnya sisa hidup mereka seluruhnya sudah di-cover oleh kasih karunia Tuhan, jadi perbuatan buruk apa pun yang mereka lakukan, sudah ditebus oleh Yesus, sehingga tidak jadi soal lagi.
Tapi apa kata Paulus?
Apa kita akan berbuat dosa terus karena kita tidak di bawah hukum Taurat? Jawaban yang diberikan Paulus, sangat tegas dan jelas: “Sekali-kali tidak!”
Sekadar mengingatkan apa itu definisi dosa: Dosa adalah pelanggaran hukum Tuhan (1 Yoh. 3:4)
APA YANG TERJADI SETELAH KITA DIBENARKAN OLEH IMAN DAN DIBEBASKAN DARI DOSA?
Rom 6:18
“Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.”
Jadi, Paulus dengan jelas mengatakan, kita itu hanya ganti majikan! Kalau dulu majikan kita itu“dosa” dan kita menjadi hamba atau budak dosa, maka setelah kita dibenarkan oleh iman, dan dimerdekakan dari dosa, kita BUKAN 100% BEBAS MERDEKA MENJADI TUAN KITA SENDIRI, tetapi kita ganti majikan, majikan kita sekarang adalah “kebenaran” dan kita menjadi hamba atau budak kebenaran!
Pasti kita semua mengerti apa arta kata “hamba.”Seorang hamba [slave] itu melakukan kehendak majikannya, bukan kehendaknya sendiri. Yang namanya menjadi “hamba” ya harus patuh kepada majikannya, bukan? Hamba kan tidak boleh protes apalagi berontak kepada majikannya! Jadi apa perintah majikannya, itulah yang harus dilakukannya.
Pada zaman dahulu, seorang hamba itu“dibeli” oleh majikannya dan menjadi “milik” majikannya 100%. Hidup-matinya bergantung seluruhnya kepada kemurahan hati majikannya. Majikannya boleh saja menghukum hambanya bahkan sampai membunuhnya sekali pun. Jika Paulus memakai kata “hamba” maka dia mau menekankan bahwa kita yang telah ditebus [dibeli] oleh darah Kristus ini, sudah menjadi milik Kristus, dan dengan demikian kita ini hamba Kristus. Karena Kristus itulah Kebenaran, maka berarti kita ini hamba Kebenaran. Kebenaran bukan menurut standar kita, melainkan menurut standar Tuhan.
Dari mana kita tahu apa yang benar di mata Tuhan? Ya dari Hukum yang diberikan Tuhan. Nah, putar-putar toh akhirnya kita kembali ke Hukum Tuhan, bukan?
Paulus lalu menyimpulkan:
Rom. 7:12
“hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik.”
Wherefore (1) the law is holy, and (2) the commandment holy, and just, and good [KJV]
Perhatikan di terjemahan bahasa Inggrisnya dari KJV (terjemahan Indonesianya kurang jelas). Di sini Paulus menyebutkan dua hal:
< !--[if !supportLists]-->ü <!--[endif]-->the law yang berasal dari kata νόμος [nomos - nom'-os] = hukum tulisan Musa
< !--[if !supportLists]-->ü <!--[endif]-->the commandment yang berasal dari kata ἐντολή [entolē - en-tol-ay'] = 10 Hukum Tuhan
Berarti tulisan Paulus ini sudah merangkum SEMUA HUKUM, baik yang ditulis oleh Musa, maupun yang ditulis oleh Tuhan sendiri!
Paulus mengatakan bahwa semua Hukum dari Tuhan (baik yang ditulis Tuhan sendiri maupun yang ditulis oleh Musa atas bimbingan Tuhan) itu “kudus”,“benar”, “baik”. Sesuatu yang kudus, benar, dan baik, berarti bermanfaat bagi kita. Mengapa kita begitu getol mau menyingkirkannya?
Sekarang kita tiba pada bagian yang lebih mendalam, yang menjadi target dari semua tulisan Paulus ini.
Rom 7:22
“Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah.”
Rom 7:26
“Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa.”
Rom 7:24
“Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?”
Rom 7:25
“Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.”
Apakah Paulus berkata bahwa dia merasa tidak perlu melakukan Hukum Allah karena sebagai manusia itu tidak mungkin? Tidak! Alasan apa pun tidak berlaku untuk tidak melakukan hukum Allah!
Perhatikan, Paulus tidak berkata, “siapa yang melepaskan aku dari Hukum Allah”!!! Paulus berkata “Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?”
Jawabannya langsung diberikannya yaitu “oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.”
Menurut tulisan Paulus, tidak ada alasan untuk tidak menuruti hukum dan perintah Tuhan, karena Tuhan akan menyanggupkan kita melakukannya. Dengan niat dan doa, Tuhan akan memampukan kita sanggup melakukan semua kehendak, hukum dan perintahNya. Jika kita khilaf dan tersandung, kita boleh minta ampun, tetapi kita harus berusaha dengan niat yang teguh dan perjuangan yang ulet.
Sekarang sampailah kita kepada bagian yang penting, yaitu rumus yang diberikan Paulus bagaimana supaya KITA BISA MENIKMATI HIDUP [KEKAL]:
Rom 8:8
“Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.”
Rom 8:13
“Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; “
Apa definisi “hidup dalam daging”? Di Rom. 7:26 Paulus berkata, bahwa “tubuh insani” atau “hidup dalam daging”itu adalah “melayani hukum dosa” atau cenderung berbuat dosa.
Apa definisi dosa? 1 Yoh. 3:4 mengatakan “dosa adalah pelanggaran hukum.”
Maka, “hidup dalam daging” adalah cenderung melakukan pelanggaran hukum.
Apa yang terjadi bila kita hidup dalam daging [ = suka melakukan pelanggaran hukum = cenderung berbuat dosa]? Kata Paulus “kamu akan mati;” dan “tidak mungkin berkenan kepada Allah.” Ini sangat cocok dengan tulisannya di Rom. 6:23 yaitu “Sebab upah dosa ialah maut.”
Rom. 8:13 (bagian kedua)
“tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.”
Maka ayat di atas sangat jelas pesannya, yaitu:
Apabila dengan bimbingan Roh Kudus, kita mematikan [= menghentikan = menyetop] perbuatan tubuh yang cenderung melanggar hukum Allah, kita akan hidup.
Jadi apa yang dikatakan Paulus? Apa kita tidak usah melakukan Hukum Allah?
T I D A K ! !
Justru KITA HARUS BERHENTI BERBUAT DOSA = BERHENTI MELANGGAR HUKUM ALLAH, JIKA KITA MAU HIDUP [KEKAL].
Rom. 8:7
“Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya.”
Bagaimana kita bisa berhenti berbuat dosa padahal Paulus sudah berkata bahwa daging kita cenderung kepada dosa?
Jawabannya adalah “OLEH ROH”!
Rom. 8:9
“Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.”
Kalimat ini bisa lebih mudah dimengerti jika susunannya dibalik:
“Jika memang Roh Allah diam di dalam kamu, kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh. Tetapi orang yang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.”
Jadi supaya kita bisa tidak hidup dalam daging [= tidak berbuat dosa/melanggar hukum Allah], kita harus memiliki Roh Kristus.
Paulus melanjutkan penjelasannya:
“orang yang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.”
Dengan kata lain seluruh kesimpulan ajaran Paulus mengenai topik ini adalah:
< !--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Orang yang adalah milik Kristus, dia HARUS MEMILIKI ROH KRISTUS.
< !--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Orang yang memilki Roh Kristus, DIA TIDAK HIDUP DALAM DAGING = DIA TIDAK MELANGGAR HUKUM ALLAH/TIDAK BERBUAT DOSA.
< !--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Orang ini akan hidup [kekal].
Sebaliknya:
< !--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Orang yang hidup dalam daging = orang yang berbuat dosa/melanggar hukum Allah, dia akan mati [kekal]
JADI, APAKAH HUKUM ALLAH ITU PERLU DIPATUHI?
YA, KALAU KITA TIDAK INGIN MATI KEKAL.
Jelas di sini, baik Yesus maupun Paulus tidak pernah berkata bahwa Hukum Tuhan itu dihapus dan tidak berlaku lagi!
Seluruh isi Alkitab itu sinkron. Dari Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru, tidak ada yang bertentangan karena penggagasnya sama, yaitu TUHAN. Tidak mungkin di Perjanjian Lama Tuhan menyuruh umatNya tunduk pada hukumNya, lalu di Perjanjian Baru, rasul-rasul menulis bahwa hukum Tuhan sudah tidak berlaku. Jika kita berpikir demikian, pikiran kitalah yang salah.
2 Tim. 3:16
"Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran."
13. APA YANG DIJANJIKAN TUHAN KEPADA MEREKA YANG MENURUTI HUKUMNYA?
Yoh. 8:51
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya."
Mat. 7:21
“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.”
Wah. 22:14
“Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. [terjemahan NKJV: “Blessed are those who do His commandments” = Berbahagialah mereka yang melakukan perintah-perintahNya] Mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu.”
Bil 15:30-31
Tetapi orang yang berbuat sesuatu dengan sengaja, baik orang Israel asli, baik orang asing, orang itu menjadi penista TUHAN, ia harus dilenyapkan dari tengah-tengah bangsanya, sebab ia telah memandang hina terhadap firman דּבר [dâbâr - daw-bawr'] TUHAN dan merombak perintah-Nya; pastilah orang itu dilenyapkan, kesalahannya akan tertimpa atasnya."
AMIN.
No comments:
Post a Comment